laman atas

Selasa, 17 Maret 2015

Misteri Hilangnya Tutup Bolpen

“Tettttttt”  bel sekolah berbunyi. Anak-anak SD Sukamaju pun satu bersatu menuju kelas masing-masing. Begitu juga dengan Bambang, anak paling pintar di kelas 6 SD Sukamaju.



Bambang adalah anak yang pintar, sholeh, dan ganteng. Saking gantengnya, dia sempat di tawarin main di film GGS, Ganteng Ganteng (masih) SD. Kegantengan Bambang membuatnya di idolai banyak wanita, Anak SD juga sih.

Apakah Bambang akan masuk kelas? Atau dia akan masuk surga?

“oke anak-anak, hari ini kita ulangan matematika” ucap Bu Menik, guru paling cantik di SD Sukamaju.
“Yaaaaahhhhh buuuuuu, kok ulangan sih.” Ucap murid SD serentak.
“Besok aja deh bu ulangannya.” Ucap Siska.
“Bu laper bu, belum makan 3 hari.” Kata Deni memelas.
“nggak ada tapi-tapian, pokoknya hari ini ulangan !!!” jawab bu Menik.
“Lha emang tadi siapa yang bilang tapi, nggak ada deh” ujar Bambang.
“Pokoknya hari ini ulangan, keluarkan kertas dan bolpen kalian. Deni, ini lembar soal, tolong di bagi ke temen-temen. Sama kotak infaq, di edarin.” Pinta bu Menik.
“Ini ulangan apa sholat Jumat sih bu?” tanya Deni penuh kesal.

Semua murid membuka tas masing-masing, ada yang bukanya ditarik, ada yang bukanya diputar. Mereka mengeluarkan selembar kertas dan pulpen. Tiba-tiba Bambang nyolek punggung Siska.

“Sis, minta kertas dong. Kertasku abis.” Pinta Bambang sambil senyum.
“Aku juga dong Sis.” Pinta teman yang lain sambil menyodorkan tangan.
“Aku juga dong.” Pinta bu Menik sambil kayang.
“Lha bu guru minta buat apa?” jawab Siska.

Kertas sudah ditangan, Bambang pun mengambil bolpen. Dia kaget, “tutup bolpenku tadi mana?”
Dia cari kesana kemari. Di bawah meja, nggak ada. Di dalam tas, nggak ada. Di lautan cinta yang mendalam, juga nggak ada. “lha dimana tutup bolpenku??????”

Ulangan matematika pun dimulai. Semua murid mengerjakan dengan sungguh-sungguh. Tapi ada 2 orang yang sedari tadi gelisah. Pertama, si Bambang. Dia gelisah karena tutup bolpen nggak ada. Serasa ada yang hilang ketika bolpen nggak ada tutupnya. Mukanya pucat, lembar soal serasa tak bisa dibaca. Dia baru sadar, lembar soalnya kebalik.
Dan yang kedua, Deni. Dia gelisah karena 3 hari belum makan. “Bu laper bu, belum makan 3 hari.”

Detik berganti menit, menit berganti menit berikutnya dan Peter Parker berganti jadi Spiderman, di sebuah ruang yang sunyi senyap dengan 36 pasang mata menghadap lembar pertanyaan demi pertanyaan dan 1 pasang mata mengawasinya, tiba-tiba Deni maju kedepan.

“Weh Den, sudah selesai? Hebat !!!” puji bu Menik.
“Enggak bu, mau ijin ke toilet.”

***
Waktu tinggal 5 menit, beberapa siswa sudah selesai mengerjakan soal. Tapi Bambang, yang paling pinter sekelas, justru masih sibuk ngerjain soal. Keliatan serius banget. Aneh aja seorang Bambang kok belum selesai ngerjain soal.

5 menit kemudian, waktu pun habis, semua lembar jawab dan lembar soal dikumpulkan. Saking semangatnya ngumpulin lembar jawab dan lembar soal, Deni malah ngumpulin lembaran kisah cinta juga. Bambang pun pasrah ngumpulin hasil ulangan dia, walau dia merasa belum selesai dan belum percaya diri akan ulangan tadi.

“Kemana hilangnya tutup bolpenku? Kemanaaaa? Aku galau tanpamu, tutup bolpen.” Gumam Bambang.

***
Bu Menik mengoreksi semua hasil ulangan matematika tadi. Banyak kejutan disana.Bambang, orang paling pintar sekelas mendapat nilai paling buruk. Deni, orang paling bodoh sekelas, malah bisa mendapat nilai 100. Satu-satunya nilai 100 di ulangan matematika hari itu. Dan Siska, dia mendapat kejutan di Untung Beliung Britama.

Sebuah hal yang aneh ketika mengetahui nilai Bambang paling buruk dan nilai Deni justru paling baik. Ada yang berkomentar bijak, ah ini roda kehidupan, kadang diatas kadang dibawah. Tapi ada juga yang mikir, jangan-jangan Deni nyontek. Bahkan Siska, dia nyeletuk,”jangan-jangan Deni main pellet. Dia pellet bu Menik agar supaya memberikan nilai terbaik buat Deni.”
“Sis, bukannya pelet itu huruf L nya cuma satu?” tanya temannya.
“Oh iya ding, nganu. soalnya di Microsoft Word auto correct ngetik pelet malah keluarnya pellet. Eh lha kamu kok ngetik L nya huruf kapital?”

***
Bambang masih diam. Mukanya penuh kesal. Rasa kecewa masih menghampiri karena hilangnya tutup bolpen yang berujung jeleknya nilai ulangan. Dia sempat menuduh Deni main dukun. Selain itu juga, Deni adalah orang yang klepto. Dia koleksi barang-barang aneh. Umumnya orang kalau ngoleksi barang, dia ngoleksi barang-barang macam boneka, kaos bola, hingga kado mantan. Lah ini, Deni suka banget ngoleksi barang aneh macam botol kecap, sandal bagian kanan, hingga botol Sprite.
“Jangan-jangan dia embat juga tutup bolpenku.” Gumam Bambang penuh gelisah.

Rasa penasaran Bambang akan hilangnya tutup bolpen makin menjadi-jadi. Tiap dia beli bolpen, mesti siang hari dia cek, nggak ada tutupnya. Beli bolpen lagi, nggak ada tutupnya. Beli tutup bolpen, malah nggak ada bolpennya.
“Aneh” satu kata terucap dari mulut Bambang penuh makna.
“Merdeka” satu kata juga terucap dari mulut pak Soekarno penuh makna, 17 Agustus 1945 dulu.

Sementara itu, Deni makin pintar. Dia selalu mendapat nilai terbaik tiap ulangan. Hal yang berkebalikan dengan Bambang yang malah nilainya terus merosot.

Demi mengusir rasa penasaran ini, Bambang berniat menanyakan langsung ke Deni, apakah dia yang mengambil tutup bolpennya, atau bukan. Di sebuah siang yang terik, tepat di ujung jalan pulang, Bambang menyegat Deni.

“Deni, apa kabar?” basa-basi Bambang.
“Baik Mbang, kamu sendiri, gimana kabar bapakmu?” tanya Deni.
“Baik Den. Ibumu gimana? Eh kenapa jadi tanya ini. Den, aku mau tanya, akhir-akhir ini aku curiga padamu. Tiap aku ke sekolah, mesti tutup bolpenku nggak ada. Terus, kenapa kamu bisa jadi pintar gini? Kamu ke dukun ya? Kamu nyolong tutup bolpenku ya?”
“Gini Mbang, aku bisa jadi pintar karena….”
“Ah nggak ada tapi-tapian !!!”
“Mbang aku belum jawab pertanyaanmu !!!! lagian sapa juga yang bilang tapi”
“Eh maap”
“Aku bisa jadi pintar karena…”
“Minum tolak angin?”
“Diem dulu bisa nggak sih?”

Misteri hilangnya tutup bolpen makin susah dipecahkan.

“Gini Mbang, aku pernah dimarahi bapakku karena nilaiku jelek. Dia sempet bilang, kalau aku nilainya gini-gini terus, biaya sekolahku akan dihentikan. Nggak di subsidi bapakku.”
“Kan sekolah pakai dana BOS?”
“Maksudku uang jajan dan sebangsanya, Mbang. Uang buku juga. Jadi, aku rajin belajar demi nilaiku baik. Dan kamu lihat sendiri kan hasilnya. Ini semua karena jerih payahku demi uang jajanku kembali.”
“Oh gitu, terus, kenapa kamu nyuri tutup bolpenku?”
“Tutup bolpen? Aku nggak pernah nyuri. Karena dalam agama, mencuri itu dosa.”
“Terus, kok tutup bolpenku ilang terus?”
“Coba lihat bolpenmu” tanya Deni.

Bambang pun mengeluarkan bolpennya.

“Ya pantes, kamu kan pakai bolpen yang ceklek-an, nggak ada tutupnya !!!

Klik nganu untuk melihat
Bolpen tanpa tutup, entah apa namanya, biasa disebut bolpen ceklek-an karena bunyi ceklek ketika mau dipakai nulis.


-MISTERI TERPECAHKAN-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar