laman atas

Sabtu, 21 Maret 2015

Awal Mula Mr.Bean dari Arab



"Ayo goyang dumang, biar hati senang, pikiranpun tenang, galau jadi hilang" begitulah bunyi alarm tetanggaku berbunyi. Aku bergegas keluar kamar menuju keran yang bisa mengalirkan air untuk wudhu.  Cucuran benda cair nan dingin, di kala mentari masih malu menampakkan sinarnya ini membuatku terasa segar. Sholat subuh yang menjadi kewajiban umat muslim pun kutunaikan.

Bukan tentang sholat subuh yang mau aku bahas. Dulu, di tahun 2012. Agak lupa juga tanggal dan bulan. salah satu sohibku di SMP, sebut saja Febri. Dia akan menunaikan sebuah impian yang dia idam-idamkan sejak dalam kandungan, nikah.


Aku juga pengen nikah !!!!!!

Dalam sebuah resepsi yang penuh sesak akan makanan, minuman, hingga kenangan. Aku datang bersama kawan-kawan SMP yang 3 tahun tak pernah berganti kelas. Hingar bingar para tamu yang sedang bersalaman dengan manten, berfoto dengan manten, minta tanda tangan manten, membuatku merasa senang. Lama tak lihat suasana seperti ini. Aku mencari tempat duduk untuk menikmati hidangan yang telah disuguhkan. Aku ingat, aku duduk bersebelahan dengan seorang teman yang KTP nya bernama Intan Yona, teman sekelasku SMP dulu.

"makin gendut aja, Tan. Hehe"
"kamu juga, Don"
"makin gendut maksutnya?"
"bukan Don. Makin item"

Oh ya, Intan adalah orang yang dulu terkenal akan gendutnya. Tapi dibalik gendutnya ini, dia menyimpan banyak kebaikan, di perut gendutnya.

Iseng-iseng kami saling tanya sekarang kerja apa, kuliah dimana, kapan Indonesia merdeka. Waktu itu lagi awal-awalnya stand up comedy bergaung. Aku yang emang lagi digandrungi stand up, ketika ditanya cita-cita mau jadi apa, aku jawab. AKU PENGEN JADI PENULIS !!!

What??? penulis???

Jujur itu kali pertama ada orang nanya cita-cita dan aku jawab, AKU PENGEN JADI PENULIS. Penulis yang seperti Raditya Dika. Yang membuat buku-buku yang bergenre komedi.

Terus apa hubungannya dengan stand up?

Nah, entah apa yang ada dalam pikiran yang merajaiku saat itu. Ketika kata terucap dari mulut yang kotor akan makanan itu keluar, aku membayangkan aku akan membuat buku semacam kumpulan materi stand up orang lain, tapi buku itu aku atas namakan aku sendiri sebagai penulis. Njiplak karya orang gitulah. Emang waktu itu aku belum terlalu paham aturan stand up kalau dalam stand up comedy adalah harus original. Walaupun itu kutulis dibuku -bukan dibawa dipanggung- tetep aja nggak original.

Semenjak kejadian itu, aku tak memikirkan lagi rencana gila jadi penulis. Wong jaman sekolah dulu nilai bahasa Indonesia cuma 6-7, kok ya pengen jadi penulis. Sekolah aja jurusan farmasi, nggak ada hubungan sama dunia kepenulisan. Eh tapi kalau dipikir-pikir ada ding, dunia farmasi itu suka nulis etiket (penandaan) dalam bungkus obat, yang sering tertulis 3 kali sehari 1 tablet blablabla. Itu yang nulis anak farmasi. Tapi masa bukuku besok, isinya cuma etiket itu doank?

Idealnya orang ditanya cita-cita jawabnya mau jadi presiden, dokter, pilot. Bahkan sepupuku yang masih kecil, dia punya cita-cita jadi manten. Lugu banget. Pas tak tanya, "mau mantenan sama siapa?", dia jawab, "sama penulis."
Hehhh.

***
Hari demi hari, tahun demi tahun, hingga mantan demi mantan  pun berganti. Hingga akhirnya 2014, tahun dimana Jerman dinobatkan sebagai juara dunia sepakbola dan juga taun dimana presiden Indonesia berganti, aku mencoba dunia stand up comedy. Dulu 2012 emang aku sempet pengen stand up, tapi itu hanya angan belaka tanpa tindak untuk mencobanyanya. baru 21 Maret 2014, aku beranikan diri memulai panggung openmic stand up. Nggak bisa langsung lucu sih. Tetap dengan rule bahwa stand up itu pakai materi original, ya hasilnya garing. Tak apalah. tujuanku stand up sebenernya bukanlah mencari ketenaran seperti kebanyakan orang yang mengidolakan lolos SUCI. Aku ikut stand up lebih karena suka aja, hobbi. Dan juga aku pengen punya piagam. Aku tak punya satupun piagam dirumah. Emang aku bukan orang yang berprestasi sih. Sapa tau dari stand up bisa dapet piala. Itu tujuanku. Kalau masuk SUCI, ah nggak mungkin. kebanyakan orang bisa masuk SUCI karena pengalaman mereka udah tahunan. Aku aja baru mau nyoba taun itu. Toh ijin kerja juga sepertinya nggak bakal turun kalaupun lolos. Tak ulangi ya, kalau lolos.

Singkat cerita akhirnya piala kudapatkan di bulan Oktober dan November. Walau masih kelas lokal, lumayan lah.

***
Oh ya tadi bahas buku ya. Jani begidi, di bulan Agustus, aku dan sohibku di Stand Up Indo Purworejo diundang buat jadi pengisi acara di acara "an accoustic with Sheila Gank Purworejo". Inget banget, waktu itu malam minggu tanggal 20 September 2014. Acara yang sedikit bikin jengkel, karena aku salah pakai mic. Aku pakai mic backing vocal, yang tentunya bersuara tak sebagus mic vocal. Untung materiku stand up sukses memancing tawa. Kebetulan banyak penonton yang udah kenal aku sih. Seperti pepatah, "tak kenal maka tak lucu". untung banyak yang kenal. Lucu deh :)

Sepulang dari acara itu, aku, Josep, mas Subur, Gio, dan Gesang menyempatkan diri untuk mampir ke sebuah warung kecil dengan menu khas nasi kucing. Di pojokan alun-alun Purworejo ini kami mengobrol panjang lebar tinggi keliling luas tentang acara tadi dan juga tentang stand up. Salah satu obrolan yang aku suka adalah dari seorang Josep, baru kali ini ketemu orang ini tapi paham stand up bahkan lebih paham dari aku. Dia juga cerita, banyak yang stand up terus bikin buku. Ada Fico, Kemal, Anang Batas, dll. Aku terbayang sebuah ide, "KENAPA NGGAK NYOBA BIKIN BUKU? ASIK TUH."
Tiba2 Josep ngomong, "mas, mbayangin tulisannya nggak usah di capslock gitu."

Basic penulis nggak ada. Kumpulan materi dalam buku belum ada. Judul belum ada. Bayangan arah buku juga belum ada. Bahkan pacar belum ada. Tapi kudu bisa bikin buku.

Malam itu juga, malam dimana lonceng berbunyi dan hari berganti serta kalender menunjukkan 21 September 2014, aku niatkan, “aku mau bikin buku.”
Temenku, Josef, lagi-lagi bilang ke aku, “mas, tumben nggak di capslock lagi.”
***

21 September 2014, beberapa tulisan yang dulu pernah kubuat, kucoba kelompokkan menjadi sebuah kesatuan yang kokoh seperti semen Holcim. Targetku waktu itu adalah Desember awal kudu kelar. Akhirnya dengan kesibukan dan beberapa hal, bukuku baru kelar di januari akhir.

Banyak halang rintang menghampiri menuju sebuah target kelarnya buku. Kadang semangat yang naik turun seperti kurs Rupiah, ide nggak muncul, hingga sepupuku yang terus mengangguku dengan ngomong, "aku pengen jadi manten". KAPAN KELAR INI???

Sepupuku malah ngomel, "mas, mbayangin tulisannya nggak usah di capslock gitu."

Terus? judulnya apa?

Iya ya, bikin buku kok nggak ada judulnya. Sempet ngobrol sama staf bupati Kulonprogo, dia nyaranin judulnya “Mr.Bean dari Kulonprogo”. Ada juga temen nyaranin, karena aku orangnya telatan dan bikin lama nunggu, maka dari itu judulnya “Mr.Bean dari Tadi”. Bahkan ada juga mantanku yang lagi kangen, nyaranin judul “Mr.Bean dari Mata Turun ke Hati”.
Waktu itu banyak yang bilang mukaku mirip Mr.Bean dan juga orang Arab. Akhirnya bukuku kuberi judul, “Mr.Bean dari Arab” :)

***
Alhamdulillah buku Mr.Bean dari Arab kelar juga. Selamat membaca bagi para pembaca yang budiman. Jangan lupa buat yang udah baca, kasih testimoni tentang bukuku ya. Foto sama bukuku juga boleh, Boleh banget.

Makasih, makasih banget. I LOVE YOU :-*

penampakan buku Mr.Bean dari Arab:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar